.
Para
Nabi Allah SWT adalah Pekerja Keras
Para
Nabi yang merupakan manusia-manusia terbaik pilihan Allah SWT, termasuk ke
dalam kelompok orang-orang yang selalu bekerja keras, baik dalam mencari nafkah
untuk diri sendiri dan keluarganya, maupun untuk dijadikan teladan dan panutan
bagi kaumnya.
Nabi Daud as adalah salah satu pengrajin daun kurma yang getol bekerja. Dan menurut sebuah riwayat dari Hasyam bin ‘Urwah dari ayahnya, ketika Nabi Daud as berkhutbah, tanpa rasa sungkan beliau menyatakan dirinya sebagai pengrajin daun kurma untuk dibuat keranjang atau lainnya. Bahkan kemudian beliau memberi saran kepada seseorang yang kebetulan sedang menganggur, untuk membantunya menjualkan hasil pekerjaan tangannya itu.
Nabi Daud as adalah salah satu pengrajin daun kurma yang getol bekerja. Dan menurut sebuah riwayat dari Hasyam bin ‘Urwah dari ayahnya, ketika Nabi Daud as berkhutbah, tanpa rasa sungkan beliau menyatakan dirinya sebagai pengrajin daun kurma untuk dibuat keranjang atau lainnya. Bahkan kemudian beliau memberi saran kepada seseorang yang kebetulan sedang menganggur, untuk membantunya menjualkan hasil pekerjaan tangannya itu.
Nabi
Idris as adalah penjahit, yang selalu menyedekahkan kelebihan dari hasil
usahanya setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat
sederhana.
Nabi
Zakaria as adalah tukang kayu. Sementara Nabi Musa as adalah seorang
pengembala. Sedang Nabi Muhammad SAW pedagang, bahkan pekerjaan berdagang itu
dilakukannya setelah ia bekerja sebagai penggembala domba milik orang-orang
Makkah.
Sabda
Rasulullah SAW: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dia adalah
pengembala domba”. Para sahabat pun bertanya: “Bagaimana dengan engkau, wahai
RasululIah?”. Beliau menjawab: “Ya, akupun pernah mengembala domba milik orang
Makkah dengan upah beberapa Qirat”. (HR. Bukhari)
Dalam
sabdanya yang lain: “Adam adalah seorang petani, Nuh adalah seorang tukang
kayu. Daud adalah pembuat baju besi. Idris adalah seorang penjahit. Dan Musa
adalah pengembala”. (HR Hakim).
Bekerja Adalah Sabilillah
Dalam
suatu riwayat dinyatakan bahwa; pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW sedang
berjalan bersama dengan para sahahat, tiba-tiba mereka menyaksikan seorang
pemuda yang nampak gagah perkasa sedang bekerja keras membelah kayu bakar. Dan
para sahahat pun berkomentar: “Celakalah pemuda itu. Mengapa keperkasaannya itu
tidak digunakan untuk Sabilillah (jalan Allah)?” Lantas, Rasulullah SAW
bersabda “Janganlah kalian berkata demikian. Sesungguhnya bila ia bekerja untuk
menghindarkan diri dari meminta-minta (mengemis), maka ia berarti dalam
Sabilillah. Dan jika ia bekerja untuk mencari nafkah serta mencukupi kedua
orang tuanya atau keluarganya yang lemah, maka iapun dalam Sabilillah. Namun
jika ia bekerja hanya untuk bermnegah-megahan serta hanya untuk memperkaya
dirinya, maka ia dalam Sabilisy syaithan (jalan setan)”.
Dengan
menyimak riwayat hadist tersebut di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa baik atau buruknya serta halal atau haramnya suatu pekerjaan, ternyata
ditentukan dari niatnya. Jika kita bekerja dengan maksud untuk menghindarkan
diri dari pengangguran misalnya, maka pekerjaan itu baik dan halal. Namun jika
tujuan kita bekerja hanya untuk mencari harta serta memperkaya diri sendiri,
maka pekerjaan yang kita lakukan itu merupakan pekerjaan hina dan haram, sehingga
wajib dijauhi.
Sabda
Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah cinta kepada hamba-Nya yang mempunyai
hutang usaha, dan siapa saja yang bersusah payah serta bekerja keras mencari
nafkah untuk keluarganya, lantaran mereka seperti Fi Sabilillah (pejuang
dijalan Allah) ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad).
0 comments:
Post a Comment